Senin, 10 Agustus 2009

Inilah Obyek Tertua di Alam Semesta Saat Ini

WASHINGTON Satelit Swift milik Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) merekam obyek tertua dan terjauh yang berhasil terekam sejauh ini. Obyek tersebut berupa ledakan energi dari sebuah bintang yang mati.


Keberadaan obyek tersebut terdeteksi pertama kali pada 23 April lalu. Swift merekam pancaran sinar gamma yang diperkirakan dari ledakan yang menghasilkan radiasi tinggi.

Stasiun Bumi kemudian diarahkan untuk mengamati cahaya pendar di sekitarnya yang terbentuk sebagai hasil radiasi. Ledakan tersebut hanya berlangsung sekitar 10 detik dan terjadi pada 630 juta tahun sejak alam semesta diperkirakan terbentuk.

Hasil perhitungan menunjukkan cahaya pendar yang terekam telah menjelajahi antariksa selama 13,1 miliar tahun cahaya hingga terekam saat ini. Usia obyek tersebut lebih tua dari rekor obyek tertua sebelumnya, 100-200 ratus juta tahun.

Pakar astrofisika NASA, Neil Gehrels, menyatakan, ledakan bintang mati tersebut akan menghasilkan lubang hitam. Umur bintang itu sendiri diperkirakan sejuta tahun dan ukurannya 30 kali Matahari saat meledak.


WAH
Sumber : AP Read More...

Aurora di Mars Berhasil Dipetakan

NEW YORK - Fenomena munculnya cahaya berwarni-warni di atas langit kutub yang biasa disebut aurora juga terjadi di atmosfer planet selain Bumi. Jika di Saturnus baru saja diketahu, di Planet Mars malah sudah berhasil dipetakan.

Kemunculan aurora-aurora di Mars sepanjang tahun berhasil direkam wahana Mars Express milik badan antariksa Eropa yang kini mengorbit planet tersebut. Tim peneliti dari Perancis berhasil mengamati sembilan aurora di atmosfer Mars dan menyusunnya dalam satu peta.

Cahaya-cahaya tersebut tampak dengan warna antara hijau hingga ungu. Seperti hlanya aurora yang terbentuk di atsmofer Bumi, cahay tersebut pada dasarnya ultraviolet yang terbentuk saat partikel-partikel bermuatan lsitrik dari Matahari bereaksi karena pengaruh medan magnet planet tersebut.


WAH
Sumber : National Geographic News Read More...

Cadangan Es Setebal 800 Meter Ditemukan di Mars

WASHINGTON - Para ilmuwan NASA telah menemukan cadangan es dalam jumlah besar di bawah permukaan Planet Mars jauh dari kutubnya. Penemuan ini semakin menguatkan pendapat bahwa kehidupan mungkin masih dapat bertahan di sana.

Cadangan es dideteksi radar yang mampu menembus ketebalan tanah dari Mars di wahana Mars Reconnaissance Orbiter yang mengorbit Mars. Temuan ini mengejutkna karena terdapat di Cekungan Hellas di belahan selatan yang jauh dari kutub.

Pengukuran radar menunjukkan salah satu cadangan es yang terdeteksi memiliki ketebalan hingga lebih dari 800 meter terkubur di bawah lapisan tanah dan batuan. Sementara luas cadangan tersebut mencapai tiga kali luas Kota Los Angeles, AS.

"Secara keseluruhan, gletser-gletser ini hampir dapat dipastikan sebagai cadangan air beku terbesar di Mars, dan bukan tudung es di kutub," kata John Holt, seorang pakar geofisika pada Universitas Texas, Austin, AS yang juga penyusun utama laporan tentang penemuan tersebut. Laporan penemuan itu dipublikasikan dalam jurnal Science edisi 21 Nopember.

Para ilmuwan pada tim riset beranggotakan 12 orang itu menduga cadangan air beku itu adalah peninggalan Jaman Es di Mars pada jutaan tahun silam. Karena air merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan, para ilmuwan mengatakan keberadaan es adalah tanda yang menjanjikan bagi kehidupan di luar Bumi.

Mars adalah satu-satunya planet yang permukaannya dapat dilihat secara terinci dari Bumi. Suhunya antara -140 derajat Celsius hingga 20 derajat celsius. Sebelumnya telah ditemukan bukti-bukti cadangan es di sekitar kutub. Wahana Phoenix Mars Lander bahkan telah membuktikan bahwa di bawah permukaan kutub Mar terdapat molekul-molekul es.

Di samping nilai ilmiah penemuan tersebut, cadangan es ini juga dapat dipertimbangkan menjadi sumber air untuk mendukung penjelajahan Mars mendatang.


WAH
Sumber : Antara Read More...

Bukti Pertama Ada Danau di Mars

WASHINGTON — Ngarai dalam dan panjang serta bekas pantai barangkali merupakan bukti paling jelas mengenai keberadaan danau di permukaan Mars. Menurut beberapa ilmuwan, Rabu (17/6), diduga danau itu pernah berisi air, tetapi kini sudah kering.


Gambar dari sebuah kamera yang disebut High Resolution Imaging Science Experiment di pesawat Reconnaissance Orbiter menunjukkan air memotong ngarai sepanjang 50 kilometer. Demikian diungkapkan tim di University of Colorado, Boulder.

"Danau itu diduga memiliki ukuran 200 kilometer persegi dan kedalaman 450 meter," tulis para peneliti tersebut di jurnal Geophysical Research Letters dan dilansir Reuters.

Sekarang tak ada perdebatan bahwa air memang ada di permukaan Mars; robot peneliti telah menemukan es. Juga ada bukti bahwa air mungkin masih merembes ke permukaan dari bawah tanah, kendati air itu segera hilang akibat cuaca dingin, atmosfer tipis Planet Merah tersebut.

Beberapa ilmuwan mengenai planet juga telah melihat apa yang boleh jadi merupakan tepi sungai raksasa dan laut, tetapi sebagian bentuk itu juga dapat diperdebatkan dan diduga terbentuk oleh longsoran tanah kering. "Ini adalah bukti pertama yang tak meragukan mengenai garis pantai di permukaan Mars," kata Gaetano Di Achille, yang memimpin studi tersebut.

"Pengidentifikasian jalur pantai dan bukti ekologi yang menyertai memungkinkan kami menghitung ukuran dan volume danau itu, yang tampaknya terbentuk sekitar 3,4 juta tahun lalu," kata Di Achille dalam satu pernyataan.

Air adalah kunci bagi kehidupan dan para ilmuwan mencari dengan sia-sia bukti mengenai kehidupan, baik pada waktu lalu, maupun sekarang, di Mars. Keberadaan air di planet itu juga dapat bermanfaat bagi penelitian manusia pada masa depan. "Di Bumi, delta dan danau adalah pengumpul yang sangat bagus dan pelestari tanda kehidupan masa lalu," kata Di Achille. "Jika kehidupan pernah ada di Mars, delta mungkin menjadi kunci guna membuka rahasia biologi masa lalu di Mars," kata Di Achille.

"Bukan hanya penelitian ini membuktikan bahwa ada sistem danau yang lama hidup di Mars, tapi kita juga dapat melihat bahwa danau yang terbentuk setelah kondisi hangat, basah, diduga telah hilang," kata asisten profesor, Brian Hynek.

Danau tersebut barangkali telah menguap atau membeku selama perubahan iklim singkat. Demikian dikatakan para peneliti itu. Airnya diduga telah berubah menjadi uap. Tak seorang pun mengetahui apa yang mengubah Mars dari planet yang hangat dan lembab menjadi seperti sekarang: gurun beku tanpa udara.


ONO
Sumber : Antara Read More...

Tabrakan Benda Raksasa ke Jupiter Ciptakan Bekas Selebar 8.000 Km

CALIFORNIA - Hasil tabrakan benda raksasa yang diduga komet atau asteroid ke permukaan Planet Jupiter menciptakan bekas tumbukan yang sangat luas. Bekas tabrakan ini berhasil diambil gambarnya oleh teleskop luar angkasa, Hubble.

Di gambar tersebut terlihat noda hitam yang menurut tim Hubble yang dipimpin oleh Heidi Hammel dari Institute Ilmu Luar Angkasa di Boulder, Colorado, AS, lebarnya tak kurang dari 8.000 km. Jika dibandingkan dengan obyek di Bumi, ini kira-kira mencapai lebih dari setengah dari lebar Samudra Pasifik.

Terjadinya tabrakan ini pertama kali ditemukan astronom amatir Australia bernama Anthony Wesley pada 19 Juli. Saat melakukan pengamatan malam hari, Wesley menemukan noda hitam tersebut terletak di dekat kutub selatan Jupiter.

NASA juga sempat mengarahkan teleskop infra merahnya di Hawaii untuk merekam momen tersebut dan berhasil merekam hasil tabrakan itu pada 21 Juli silam. Baru tanggal 23 Juli, Hubble berhasil mengambil gambar hasil tabrakan tersebut dengan warna asli dan detail.

"Karena kami percaya dampak dari tabrakan sangat langka, kami sangat beruntung bisa melihatnya dengan Hubble," ungkap Amy Simon-Miller dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA, Greenbelt, Maryland.

Dengan luas tabrakan sebesar itu, Simon-Miller menduga diameter benda angkasa yang menabrak Jupiter bisa sampai seluas beberapa lapangan bola. Di gambar tersebut pun dapat dilihat detail-detail dari bekas tabrakan.

Berkat keberhasilan mendapat gambar bekas tabrakan tersebut, Hubble juga banyak dipuji oleh beberapa kalangan. Pasalnya, kamera yang dipakai untuk memotret kejadian itu merupakan kamera baru yang Mei lalu dipasang dalam misi perbaikan. Hubble mengambil gambar tersebut menggunakan Wide Field Camera 3, kamera yang baru diinstalasikan oleh astronot pesawat luar angkasa Atlantis pada Mei.

Tabrakan itu pun patut disyukuri karena terjadi di Jupiter dan tidak menabrak planet tempat tinggal kita, Planet Bumi. Kalau tabrakan ke Jupiter yang memiliki volume 1321,3 kali volume Bumi bisa menghasilkan noda hitam yang sedahsyat itu. Bagaimana nasib kita bila Bumi yang ditabrak ya?


M2-09
Read More...